Rabu, 28 Oktober 2009

Ibadah Perlawanan terhadap Kemiskinan


Sesungguhnya, kefakiran dekat dengan kekufuran, demikian arti suatu bunyi hadits yang pernah saya dengar. Bagaimanapun, agama tidak mengajarkan pemeluknya untuk hidup dalam kemiskinan, meskipun di lain hadits, menunjukkan bahwa kemiskinan itu tidak melulu identik dengan kehinaan, bahkan dalam beberapa hal dapat mendekatkan manusia dengan Sang Pencipta-nya, bahkan Nabi adalah manusia teladan yang super miskin. Namun kemiskinan versi keteladanan Nabi ini bukanlah suatu percontohan bahwa kemiskinan identik dengan ajaran agama dan agama menganjurkan kemiskinan, tapi lebih menunjukkan keteladanan pada ?kesederhanaan? dalam hidup, jangan berlebih-lebihan dan berfoya-foya dalam membelanjakan harta. Dewasa ini kita melihat bahwa saudara-saudara kita yang bernasib kurang beruntung dalam kemelaratan semakin banyak. Pertanyaannya, di mana tanggung jawab sosial kolektif kita dalam rangka berjuang bersama mengentaskan kemiskinan itu? Sungguh menyedihkan memang, di negeri yang mayoritas muslim ini, kesadaran untuk memberdayakan segala potensi untuk melawan kemiskinan tidak menjadi semangat dan praktek sosial oleh kalangan kaya yang mengaku beragama tersebut. Bahkan tampaknya semangat perlawanan terhadap kemiskinan ini gagal digerakkan secara massif oleh kaum cerdik-cendikia dan ulama di negeri ini.

Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang religius ternyata masih terdapat sekitar 17,75 atau 39,05 juta penduduknya hidup dalam kemiskinan (BPS, 2006). Muslim kaya?.banyak! tapi muslim kaya yang tercerahkan dan tersadarkan untuk berbuat mengangkat derajat saudara-saudaranya, itu yang jarang. Bahkan tak sedikit muslim yang kaya itu menunjukkan pola hidup yang memiris dan memedihkan hati saudara-saudaranya yang papa.

Artinya, kekayaan yang Tuhan anugerahkan kepada mereka tidak memberikan manfaat apapun bagi sekitarnya, padahal mereka seharusnya sadar bahwa di dalam kekayaan itu bukanlah mutlak hak milik mereka dan terdapat hak orang miskin di dalamnya. Seharusnya mereka menyadari bahwa kekayaan itu adalah amanah, sekaligus menyadari bahwa manusia yang terbaik, bukanlah sekedar kaya, tapi apakah mereka bermanfaat bagi manusia lainnya.

Malah terkadang justru kaum kaya raya inilah yang melanggengkan kemiskinan, sehingga mereka baik secara sadar atau tidak sadar telah menjadi penindas baru dan penghisap darah saudara-saudaranya, hingga yang miskin semakin terpuruk dengan kemiskinan, dan mereka yang kaya terus berada di puncak kenikmatan menumpuk kekayaan tanpa ada rasa beban sosial sedikit pun.

Ternyata relijiusitas di negeri yang beragama ini tak terimplementasi pada praktek sosial kehidupan, dan semangat beragama yang tumbuh, lebih pada sekadar praktek ritual formalitas. Dan?memang, baik kaum kaya, cerdik-cendikia dan ulama di negeri ini lebih cenderung mementingkan apa yang disebut kesalehan individual semata, serta miskin dalam hal kesalehan sosial untuk meruntuhkan tembok kemiskinan. Dalam kondisi sosial-ekonomi saat ini, masyarakat negeri ini semakin terpuruk tingkat kesejahteraannya secara struktural dimiskinkan akibat kebijakan neo-liberal dan kapitalistik yang tidak pro-rakyat. Seharusnya kesalehan sosial itu dipraktekkan sehingga berimplikasi secara luas.

Namun, lagi-lagi kita melihat bahwa ibadah-ibadah yang dilakukan semata-mata ritualitas, apalagi ibadah-ibadah seperti umroh dan haji yang telah turun status menjadi wisata ritual, tapi tidak meninggalkan bekas apa-apa.

Bayangkan bagaimana kaum kaya-raya yang mengaku ?muslim? di negeri ini meski sudah pernah menunaikan ibadah haji. Namun ternyata kelebihan kekayaan mereka tidak dipergunakan dalam rangka membantu saudara-saudaranya. Malah mereka berkali-kali pergi haji atau umroh. Meskipun itu adalah hak mereka, namun alangkah lebih baik jika kekayaan itu bermanfaat bagi saudara-saudaranya yang kurang beruntung (baca: miskin) lainnya, yang tentunya tak susah menemuinya, bahkan ada di sekitar mereka. Tidakkah tersadar empati mereka, tatkala mereka menikmati kemewahan, sementara tetangga di kiri-kanannya kelaparan? Padahal yang harus disadari bahwa ?elan profetik? dari misi agama adalah untuk mengangkat harkat dan derajat manusia dari keterpurukan, kemiskinan dan penindasan. Tapi di negeri yang hampir semuanya mengaku beragama ini, ternyata agama gagal mempraktekkan ajaran-ajaran sosialnya.

Sesungguhnya sudah cukup banyak peringatan yang diberikan, dan bahkan agama mengancam mereka yang rakus, berlebih-lebihan dan tak peduli terhadap kaum miskin sebagai kelas kaum fasiq-pendosa, sekaligus menghina mereka sebagai saudaranya setan. Untuk itu, menjadi kewajiban kita bersama untuk menyadari bahwa menyelesaikan ketimpangan-ketimpangan sosial termasuk kemiskinan yang distrukturkan ini adalah bagian dari ibadah perlawanan memberangus ketidak-adilan dan penindasan!

Azim Premji – Pengusaha Muslim terkaya di jagat


Dalam jajaran orang-orang terkaya di dunia versi majalah Forbes tahun 2008 ini, empat dari posisi 10 teratas ditempati oleh orang-orang India. Sedang secara keseluruhan, India berhasil menempatkan 53 orang-orang kayanya dalam jajaran prestisius tersebut. Salah satu dari para pengusaha kaya itu adalah Azim Premji, yang tahun ini ”hanya” menempati posisi 60, setelah tahun sebelumnya menempati posisi 21.
Azim Premji adalah seorang pengusaha sukses yang pernah beberapa kali menduduki peringkat pertama orang terkaya di India. Ia juga pernah disebut-sebut oleh Wall Street Journal sebagai pengusaha muslim terkaya di dunia tahun 2007, mengalahkan para ”juragan minyak” dari Arab Saudi. Walaupun ada embel-embel ”muslim” dalam jajaran tersebut, Premji sendiri mengaku bahwa ia datang dari keluarga muslim yang sekuler.
Premji sendiri lebih senang melihat dirinya sebagai orang India daripada orang dari keyakinan tertentu. Ia juga tak pernah menggembar-gemborkan identitasnya sebagai seorang muslim, dan perusahaannya pun hanya mempekerjakan sedikit muslim. Bahkan ketika almarhum ayahnya diminta oleh M. Ali Jinnah untuk pindah ke Pakistan, sang ayah pun menolak karena ia tidak melihat satu alasan pun untuk pindah dari suatu negara ke negara lain hanya karena masalah agama.
Kesuksesan sang pengusaha muslim sekuler tersebut tak lain adalah karena langkah besarnya dalam mengubah perusahaan keluarga yang memproduksi minyak sayur menjadi salah satu perusahaan IT terbesar di India, Wipro Ltd (dahulu bernama West India Vegetable Products). Sarjana teknik mesin lulusan Stanford University ini percaya bahwa orang biasa mampu melakukan hal-hal luar biasa. Nampaknya itu adalah salah satu faktor yang menyebabkan dirinya bisa memimpin perusahaannya untuk mendapat berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.
Seperti halnya Bill Gates, Warren Buffet, dan orang-orang terkaya lain, kesuksesan Premji dalam berbisnis membuatnya tergerak untuk mendirikan suatu yayasan amal yang bergerak dalam bidang pendidikan. Tahun 2001 lalu, ia mendirikan Azim Premji Foundation yang bertujuan untuk menyediakan pendidikan berkualitas bagi anak-anak di India. Dengan dasar bahwa masa depan anak-anak adalah masa depan negaranya, yayasannya tersebut kini telah membantu ribuan sekolah yang ada di negaranya tercinta itu.
Terlepas dari kesekuleran Azim Premji, ia bisa disebut sebagai salah satu ikon bagi para pengusaha muslim di dunia untuk bisa bersaing dalam bisnis. Nilai-nilai entrepreneurship yang telah ditanamkan oleh Nabi Muhammad S.A.W seharusnya bisa diterapkan oleh pengusaha-pengusaha muslim lain seperti Premji, agar nantinya bisa menjadi berkah dan rahmat bagi semua makhluk di bumi ini.
Jazakumullah Khair untuk : Sang Guru

Investasi Penuh Berkah Melalui Property

Sahabat Rasulullah SAW ternyata Kaya Raya lewat PROPERTI
Umar ra memiliki 70.000 properti, Utsman ra memiliki properti sepanjang wilayah Aris dan Khaibar, belum lagi sahabat seperti Abdurrahman bin ‘Auf, Amru bin Ash, Zubair bin Awwam, Mu’awiyah, dll. Andalah pewarisnya. Hanya jika Anda tahu caranya.

Dai muda ini sempat terkatung-katung di Malaysia, menjadi tukang cuci dengan gaji harian lebih rendah dari tukang kenek bangunan. Namun kini, nasibnya berubah drastis. Bisnis properti yang digeluti anggota MUI Depok ini berkembang sangat pesat. Hanya dalam 2,5 tahun Metro TV menjuluki perusahaannya sebagai Developer Syariah pertama di Indonesia. Kini, “The Orchid Realty” memiliki omset 4 M sebulan. Lihat websitenya di www.orchid-realty.com.

Fenomena keterpurukan ekonomi ummat membuat Nasrullah, S.Si, NLP berpikir dan mencari hikmah rahasia kesuksesan bisnis propertinya dengan menggali prinsip-prinsip hidup yang selama ini diyakininya yaitu Al-Quran, sunnah dan sejarah sahabat Nabi kemudian memadukannya dengan ilmu manajemen modern. Semuanya diformulasikan dalam sebuah konsep yang beliau beri nama spriritualpREneurship.

Kini spriritualpREneurship telah menjadi bahan seminar dan training profesional selama 2 hari dengan tarif sampai lebih dari 5 juta rupiah. Selain seminar, beliau juga menyebarkan idenya lewat internet di SpriritualpREneurship.com agar daya jangkaunya lebih luas. Semuanya demi sebuah cita-cita agar ummat Islam berdaya.. dan tentu menjadi KAYA.

Materi SpiritualpREneurship berisi rahasia-rahasia tersembunyi yang memuat esensi besar tentang hakikat harta dan rizqi Allah. Menggali bagaimana para sahabat dan ulama-ulama masa lalu mengambil sumber terbaiknya. Semuanya diringkas dalam sebuah teori bernama: SpiritualpREneurship, The Power of Islamic Financial Freedom.

Liputan Metro TV

SpiritualpREneurship lebih fokus dalam pembahasan bisnis properti. Bagaimana Anda bisa menjadi kaya raya dengan properti apapun profesi Anda, pengusaha atau karyawan. Di sini Anda akan terpukau, ternyata bisnis properti tidak sesulit yang Anda bayangkan. Asalkan Anda tau caranya. Semuanya pengalaman pribadi yang tidak perlu diragukan lagi akurasinya.

Materi dikemas dalam bentuk DVD, e-book dan audiobook. DVD seminar dengan durasi 8 jam ini akan dikirim ke alamat Anda melalui kurir. Film seminar ini dikemas sangat profesional bukan homemade quality. Saya jamin sangat mencerahkan intelektual dan spiritual Anda. Sangat saya rekomendasikan.Tafadhal..., Klik di SINI untuk tahu lebih detail....

Jazakumullah Khair dan Salam Muslim Kaya Penuh Berkah..!!!

Selasa, 27 Oktober 2009

E-BOOK HALAL TERBAIK UNTUK UNTUK KAYA PENUH BERKAH

Assalamu’alaikum Saudara Muslim KAYA Skalian….
ALHAMDULILLAH..., Insya Allah 1 langkah untuk menjadi MUSLIM KAYA PENUH BERKAH Sudah Anda lakukan dengan membuka Tulisan ini....
Seorang muslim harus kaya!!!
Sebagaimana sangat kayanya seorang sahabat Abdurrahman Bin Auf RA, agar bisa beribadah ke tanah suci untuk BERHAJI, agar bisa melaksanakan I’tikaf di sepuluh hari terakhir ramadhan, agar bisa berinfak dan bersedekah di jalan-Nya dengan maksimal, dan masih banyak lagi ibadah ini yang bisa kita lakukan kalo kita KAYA…..
Akan tetapi bagaimana caranya?
Bukankah kita masih ingat dengan kisah Nabi Sulaiman AS, yang ditawari Allah SWT dengan Kekuasaan, Harta, dan Ilmu dan Nabi Sulaiman memilih ILMU !!! Maka dengan ILMU itu Nabi Sulaiman Memperoleh juga HARTA dan KEKUASAAN!!!
Saudara Muslim skalian….
Dan Ternyata Benar, Melalui e-book FORMULA BISNIS ini, Subhanallah, Saya mendapatkan ILMU yang Sangat Banyak dan Bermanfaat, ilmu yang Sangat mudah dan bermanfaat hingga bisa mendatangkan REZEKI yang MELIMPAH, halal, DAN Insya Allah BAROKAH!!!
Silahkan Klik di SINI, untuk mendapatkan e-book yang dengan Sangat
MUDAH dan Sangat NYATA membimbing kita SELANGKAH DEMI SELANGKAH untuk mendapatkan Harta yang MELIMPAH, halal, DAN Insya Allah BAROKAH!!!
Setelah Saudara muslim kaya sekalian mendaftar di SINI , dan sudah membuktikan dan merasakan REZEKI yang MELIMPAH, BISA KITA Lanjutkan dengan Langkah Selanjutnya………
Apa itu?
Yaitu dengan menginvestasikan pendapatan PULUHAN JUTA PERBULAN dari FORMULA BISNIS ini untuk PELUANG BISNIS sesuai SYARI’AH yang lain….Nanti, Insya Allah Langkah Ke-2 akan saya tulis di artikel yang lain selanjutnya....
Untuk Langkah pertama KLIK DI SINI.
Salam Muslim KAYA penuh BERKAH!!!

Senin, 26 Oktober 2009

SEORANG MUSLIM JANGAN TAKUT KAYA

Dinar yang paling utama yang dibelanjakan seseorang adalah dinar yang ia belanjakan untuk keluarganya



عَنْ أَبِيْ عَبْدِ اللهِ ثَوْبَانَ بْنِ بُجْدَدَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم

أََفْضَلُ دِيْنَارٍ يُنْفِقُهُ الرّجُلُ دِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى عِيَالِهِ وَدِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى دَابَّتِهِ

فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَدِيْنَارٌ يُنْفِقُهُ عَلَى أَصْحَابِهِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ (رواه مسلم)


Dari Abi ‘Abdillah Tsauban bin Bujdad bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Dinar yang paling utama yang dibelanjakan seseorang adalah dinar yang ia belanjakan untuk keluarganya, dinar yang ia belanjakan untuk kendaraannya di jalan Allah, dan dinar yang ia infakkan untuk rekan-rekannya (yang tengah berjuang) di jalan Allah.” (H.R. Imam Muslim)

Ada banyak pelajaran yang dapat diambil dari hadis di atas, antara lain: pertama, di hadapan seorang mslim, terbuka lebar banyak pintu untuk berbuat baik dengan harta. Kedua, menjelaskan peringkat keutamaan pengeluaran harta (infak) yang dilakukan seorang muslim, bahwa memberi nafakah kepada keluarga merupakan infak yang paling mulia. Dalam hadis lain disebutkan,

دِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَدِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِيْ رَقَبَتِهِ وَدِيْنَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِيْنٍ وَدِيْنَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا اَلَّذِيْ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ (رواه مسلم)

“Dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, dinar yang engkau infakkan untuk (mememerdekakan) hamba sahaya, dinar yang engkau infakkan kepada orang miskin, dan dinar yang engkau infakkan untuk keluarga, yang paling utama di antara semua itu adalah dinar yang engkau infakkan kepada keluargamu.” (H.R. Imam Muslim)

Persoalannya adalah, tidak mungkin kita dapat berinfak dengan harata jika kita tidak memilikinya. Lebih-lebih jika kita mencermati ayat-ayat Al Quran yang memerintahkan kita terlibat dalam jihad. Selalu saja disandingkan antara kewajiban berjihad dengan jiwa dengan kewajiban berjihad dengan harta. Bahkan dari semua ayat yang memerintahkan kita berjihad dengan harta dan jiwa, berjihad dengan harta selalu didahulukan, kecuali pada satu ayat saja yakni ayat 111 Surah At-Taubah, yang maknanya,

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin jiwa dan harta mereka dengan (mendapatkan) surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh.”

Selebihnya, hartalah yang disebut terdahulu. Perhatikan ayat-ayat berikut,
“Wahai orang-orang yang beriman, inginkah kalian aku tunjukkan pada suatu perniagaan yang menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? Kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kalian berjihad di jalan Allah denganh harta dan jiwa kalian.” (Q.S. Ash-Shaf 61: 10-11)

Ini diperkuat dengan adanya kewajiban zakat. Dalam urusan yang satu ini memang ada kesalahan persepsi pada sebagian kaum muslimin. Kewajiban zakat sering dipahami begini: "Kalau punya harta, zakatlah. Kalau tidak punya, tidak usah mengeluarkan zakat". Secara fiqih, pemahaman itu sangat benar. Tapi semangatnya bukanlah semangat kepasrahan pada keadaan. Semangat perintah zakat harusnya dipahami: "Carilah uang, kumpulkanlah harta agar dapat melaksanakan perintah Allah yang bernama zakat". Seharusnya kita membawa semangat shalat untuk diterapkan pada zakat. Kita selalu berpikir, kita harus bisa melaksanakan shalat dengan segala perjuangan yang menjadi konsekuensinya. Dari mulai mencari penutup aurat, mencari tempat shalat, menentukan arah kiblat, menyucikan diri, dan seterusnya.

Itu semua mematahkan anggapan yang masih dianut sebagian orang bahwa kesalihan dan ketakwaan identik dengan kepapaan, kemelaratan, kesengsaraan, dan ketertindasan. Seolah-olah hanya orang miskin, jelata, dan tertindaslah yang layak menghuni surga. Sebaliknya, orang kaya dan orang yang punya jabatan tidak punya tempat di surga. Ini diperparah dengan sering disitirnya hadis-hadis dha’if (lemah) atau bahkan maudhu’ (palsu) yang memberikan pesan untuk menjauhi dunia sejauh-jauhnya demi mencapai ketakwaan dan kesucian jiwa. Atau mungkin juga menyitir hadis sahih tentang zuhud dengan pemahaman yang salah.

Zuhud tidaklah identik dengan melarat. Zuhud adalah kepuasaan hati dengan apa yang diberikan Allah swt. Zuhud adalah ketiadaan ikatan hati kepada harta dan hal-hal bersifat material lainnya. Orang yang merasa puas dengan apa yang Allah berikan sembari meniadakan keterikatan hatinya dengan harta dan jabatan, tidaklah kehilangan sifat zuhud sekalipun ia kaya raya.

Utsman Bin ‘Affan adalah konglomerat dan kaya raya. Beliau termasuk sahabat Nabi saw. yang dijamin masuk surga. Demikian pula halnya dengan ‘Abdurrahman bin ‘Auf. Beliau sukses dalam bisnis dan menjadi saudagar kaya raya. Toh beliau juga termasuk yang dijamin masuk surga. Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, khalifah yang kaya raya. Tapi justru dia termasuk orang zuhud.

Posisi harta dalam Islam sama dengan posisi kemiskinan: sebagai ujian bagi manusia. Dengan kekayaan orang bisa masuk surga sebagaimana dengan kekayaan pula orang bisa masuk neraka. Dengan kepapaan orang bisa masuk surga sebagaimana dengan kepapaan pula orang bisa masuk neraka. Semuanya ujian! Allah swt. menegaskan,

“Dan Kami coba kalian dengan keburukan dan kebaikan, (semuanya) sebagai ujian.” (Q.S. Al Anbiya 21: 35)

Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya dunia itu manis dan menghijau. Dan sesungguhnya Allah mengangkat kalian sebagai khalifah di dalamnya untuk melihat (menguji) bagaimana kalian bekerja. Maka berhati-hatilah dengan dunia dan berhati-hatilah dengan wanita. Karena sesungguhnya fitnah Bani Israil adalah pada wanita.” (H.R. Imam Muslim)

Jadi, orang yang saleh bukanlah orang memilih meninggalkan harta, melainkan yang lulus dalam ujian mengelola harta itu. Seseorang dianggap lulus ujian dalam urusan harta manakala,

Pertama, hanya menempuh cara halal untuk memperoleh harta.
Pada hari kiamat, setiap orang akan diminta pertanggungjawaban terkait dengan hartanya, dari manakah ia memperolehnya dan dengan cara apa? Ini batu ujian pertama. Rasulullah saw. bersabda, "Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang beriman seperti yang diperintahkan kepada para rasul. Dia berfirman, ‘Wahai para rasul, makanlah dari yang baik dan beramal salehlah karena sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kalian lakukan.’ Dia juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik dari yang Kami rezekikan kepada kalian.’” Lalu Rasulullah saw. menerangkan tentang orang yang mengadakan perjalanan panjang, kusut masai dan berdebu. Ia mengadakahkan kedua tangannya (berdoa) ke langit (sambil mengatakan), "Ya rabbi, ya rabbi, sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan diberi makan dari yang haram, bagaimana doanya akan dikabulkan.” (H.R. Imam Muslim)

Kedua, harta itu tidak menyebabkan sombong.
Orang yang sukses mengelola harta adalah orang yang dengan hartanya justru semakin rendah hati dan menyadari bahwa segala yang dimilikinya adalah titipan atau amanah dari Allah. Abdurrahman bin ‘Auf yang padahal termasuk orang yang dijamin masuk surga pernah berlinang air mata saat dirinya siap menyantap hidangan lezat yang ada di hadapannya. Ketika ditanya penyebab ia menangis, ia menjawab, “Aku takut hanya yang kunikmati di dunia inilah yang menjadi ganjaranku dari Allah.”

Ketiga, menjadi fasilitas untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Rasulullah saw. bersabda, “Sebaik-baik harta yang saleh adalah yang ada pada orang saleh.” Beliau juga memerintahkan kepada kita, “Jauhkanlah dirimu dari neraka walau dengan hanya sebuah kurma.”

Keempat, menjadi fasilitas untuk silaturahim.
Infaq adalah baik. Dan infaq kepada kerabat adalah lebih baik lagi. Karena selain bernilai taqarrub, perbuatan itu juga merupakan upaya silaturahim. Rasulullah saw. bersabda, “Shadaqah kepada orang misikin adalah satu shadaqah dan shadaqah kepada orang yang punya hubungan rahim (kerabat) adalah dua shadaqah: shadaqah dan shilah (menyambungkan).” (H.R. Tirmidzi)

Kelima, menjadi fasilitas untuk perjuangan.
Perjuangan Islam jelas tidak mungkin tanpa dukungan finansial. Kekuatan kuffar harus dihadapi dengan kekuatan optimal kaum muslimin. Dan ini tentu saja salah satu kekuatan itu adalah kekuatan maliyyah (finansial).

Jadi, Islam tidak memusuhi harta. Islam juga tidak mengajarkan umat Islam memusuhi orang kaya. Surga terbuka bagi orang kaya. Yagn penting ajaran Islam tentang pengelolaan kekayaan dipatuhi. Jadi, menjadi orang kaya, siapa takut? Wallahu a’lam.
>>>Jazakumullah untuk: Sang Guru

Template by : kendhin x-template.blogspot.com