Senin, 02 November 2009

Ust. Anis Matta Bicara Soal Uang 5

Belajarlah sedikit latihan menatap supaya sorotan mata kita

kuat, perlu sedikit latihan menatap. Misalnya di pagi hari atau sore hari
menjelang matahari terbenam, antum tatap matahari dan tidak berkedip
matanya. Kalau bisa antum bertahan 1 menit itu bagus, Latihan saja
sendiri. Di dalam kamar ambil lilin, matikan lampu, antum tatap itu lilin
dan matanya tidak berkedip dan tidak berair. Nanti kaiau sudah terbiasa
pandangan matanya kuat.
Jadi kalau olahraga teratur, sirkulasi udara bagus, pikiran jadi segar,
tsaqafah kita bertambah mulai memakai pakaian yang cerah-cerah. Makanya
Rasulullah itu senangnya memakai baju putih. Jangan pakai yang gelap-gelap
atau warna yang tidak menunjukan semangat hidup. Jangan juga berpenampilan
seperti orang tua. Sekadar untuk menunjukkan kita ini kelompok orang-orang
shaleh kita pakai baju taqwa, itu pakaian orang Cina, pakailah baju yang
segar agar dapat menunjukkan bahwa kita ada semangat. Walaupun Anda sudah
berumur pun tetap pakai pakaian yang muda, jangan berpenampilan tua,
Artinya kita harus merendahkan diri, sebab uban tanpa diundang dia akan
datang. Tadi tidak perlu menua-nuakan diri dengan sekadar tampil kelihatan
dewasa, tua, bijak. Tampillah sebagai anak muda yang gesit dan
optimis.Ketiga, bergaullah dengan orang-orang kaya, perbanyak teman-teman
antum dan kalangan tersebut. Ini tidak bertentangan dengan hadits yang
mengatakan dalam bab rezeki lihatlah kepada yang dibawah dan jangan lihat
kepada yang di atas. Antum tidak sedang tamak ke hartanya, tetapi antum
sedang belajar kepada mereka. Dahulu saya suka ceramah di kalangan
orang-orang kaya. Waktu saya ceramah di rumahnya Abu Rizal Bakrie yang
saat itu sedang berduit-duitnya, saya duduk dalam 1 karpet, ketika krismon
pada waktu itu, sekretarisnya bilang pada waktu itu, tahu tidak berapa
harga karpet ini. Saya bilang tidak tahu, saya pikir sejadah biasa. Dia
bilang karpet ini harganya 100 ribu dollar. Karpet kecil harganya 1,6 M.
Waktu saya selesai ceramah dikasih amplop, amplopnya tipis. Saya bilang
sama sekretarisnya.
Ini amplop kembalikan kepada dia. Bilang sama beliau saya cuma ingin
berkawan dengan dia. Dia belajar agama sama saya, saya belajar dunia sama
dia. Kalau saya terima ini, nanti saya dianggap ustadz dan dia tidak
dengar kata-kata saya. Saya mau bersahabat dengan dia. Jangan kasih saya
amplop lain kali. Supaya kita bergaul. Setiap kali saya datang ke kelompok
yang pengusaha kaya itu saya selalu menolak, saya tidak terima ini saya
ingin bergaul dengan bapak, saya ingin jadi teman.Alhamdulillah dari situ
saya banyak teman dari kelompok orang-orang kaya, dan kalau datang kita
belajar, saya bertanya sama mereka kenapa begini, bagaimana caranya,
bertanya kita belajar. Memang di jurusan saya dia belajar dari saya kalau
ada yang perlu didoakan panggil saya, bisa. Tapi kan saya tidak punya ilmu
bikin duit sebelumnya, saya perlu belajar dari orang yang ahli. Jadi dalam
bab itu saya murid, dalam bab saya dia murid. Jangan karena kita sering
ceramah, terus semua orang kita anggap murid dalam segala aspek.Saya
bergaul dengan orang-orang kaya dan saya belajar dengan mereka.
Saya belajar bagaimana caranya bikin duit, bagaimana caranya bikin
perusahaan sama-sama dan saya tidak malu. Bergaul dengan mereka itu dari
sekarang. Jangan tamak pada hartanya tetapi ambil ilmunya. Jangan minder
bergaul dengan orang kaya seperti itu. Awal lahirnya reformasi, setelah
kalah dalam pemilu 1999, kita Poros Tengah kumpul di rumahnya Fuad
Bawazir. Semua orang diam, ada Amin Rais, Yusril, semuanya diam karena
main. Karenanya kita semuanya kalah, tadinya sombong semua. Pak Amin Rais
mengatakan sebelum pemilu, "Nanti Golkar kita lipat-lipat, kita
tekuk-tekuk, kita kuburkan di masa lalu." Tidak tahunya Golkar masih di
nomor 2. Partainya Pak Amin rendah perolehan suaranya. Suara umat Islam
rendah, Jadi berkumpulah orang-orang kalah ini selama 2 hari. Waktu itu
Pak Amin sedang dikejar-kejar terus oleh Dubes Amerika untuk membuat
pernyataan bahwa pemenang pemilu legislatif yang paling layak jadi
Presiden, tapi Pak Amin menghindar. Jadi saya datang ke rumah Pak Fuad
Bawazier, saya bilang Pak Fuad, saya ini bukang orang politik, saya ini
ustadz. Yang saya pelajari dalam syariat kita ini kalau kita sedang kalah
seperti ini jalan keluarnya adalah i'tikaf. Kita belajar banyak istighfar,
tilawah dan seterusnya. Jauhi dulu wartawan, mungkin dosa-dosa kita banyak
sehingga kita kalah. Dia bilang bener juga ya. Cuma kalau kita i'tikaf di
Indonesia tetap saja diketahui wartawan. Kalau begitu kita umrah, Antum
ikut ya dari PKS umrah. 4 orang dari PAN, dari PKS sekitar 3 orang, 4
orang ini naik bisnis first class, sedang kita dikasih ekonomi. Yang beli
tiket dia soalnya. Mau diprotes bagaimana. Kita cuma dihargai begini,
terima apa adanya dahulu.
Tapi waktu itu kita dengan lugu datang menghadap Pak Fuad. Saya bilang Pak
Fuad berapa harga tiket First Class. Dia bilang pokoknya 2 kali lipat dari
harga ekonomi. Jadi kalau tiket ekonomi pada waktu itu 1000 dollar harga
first class itu sekitar 2000 dollar. Kenapa kita tidak sama-sama di kelas
ekonomi saja, dan selisihnya kita infaqkan untuk orang miskin. Ini kan
masyarakat kita lagi susah. Dia ketawa dia bilang ya akhi, nanti ini ana
infaq lagi insya Allah untuk orang faqir, tapi ana tolong dong di first
class tidak mungkin ana turun di kelas bawah.Kita tidak tahu apa nilai
yang berkembang pada orang kaya, kenyamanan itu adalah nilai pada mereka.
Mereka menghemat energi, tenaga. Dan, angka besar pada kita itu angka
kecil bagi mereka. Uang 1 milyar 2 milyar itu uang jajan. Kalau kita,
belum tentu punya tabungan sampai mati sejumlah itu. Itu masalah cita
rasa. Cita rasa pada orang kaya itu berbeda. Ini yang kita pelajari, yang
dianggap besar oleh mereka itu adalah ini. Dengan begitu kita menjiplak
sedikit emosinya. Karena dalam pergaulan itu, kalau kita bergaul dengan
seseorang itu, kalau bukan api dia parfum, Kalau dia parfum dia
menyebarkan wangi, kalau dia api menyebarkan panas, Orang jahat itu api,
kalau anturn dekat-dekat akan menyebarkan panas. Orang baik itu parfum,
kalau antum dekat-dekat setidak-tidaknya bau badan kita tertutupi oleh
parfum tersebut. Jadi ikut-ikut karena kita ingin perbaiki selera.
Jadi antum kalau punya waktu-waktu kosong jalang-jalanlah ke mall,
lihat-lihat orang kaya tidak usah belanja, liha-lihat saja dulu,
memperbaiki selera. Datang ke showroom mobil, datang ke pameran mobil,
lihat-lihat pegang-pegang. Rajinlah berdo'a. Bergaullah dengan orang
kaya.Selain itu, rajinlah berinfaq walaupun kita miskin. Gunanya apa?
Supaya antum tetap mengganggap uang itu kecil dan supaya tidak ada angka
besar dalam fikiran kita. Misalnya kita punya tabungan 10 juta, infaqkan.
Supaya antum meneguhkan, mesti ada yang lebih besar dari ini. Jadi angka
itu terus bertambah di kepala kita, walaupun dalam kenyataannya belum.
Tetapi dengan berinfaq seperti itu, kita memperbaiki cita rasa kita
tentang angka. Bukan sekadar dapat pahala tetapi efek tarbawinya bagi kita
akan bertambah terus. Kita belum pernah merasakan bagaimana menginfaqkan
mobil, sekali waktu kita berusaha untuk menginfaqkan mobil. Begitu antum
punya uang sedikit terus berinfaq, terus seperti itu kita latih sambil
menjaga jarak. Kita membuat sirkulasi jadi bagus.Kelima adalah mulailah
melakukan bisnis real. Terjun ke dalam bisnis secara langsung.
Karena Rasulullah SAW mengatakan 9 per 10 rezeki itu ada dalam
perdagangan. Saya juga ingin menasehati ikhwah-ikhwah yang sudah jadi
anggota DPR dan DPRD, jangan mengandalkan mata pencaharian dari gaji DPR
dan DPRD. Itu bahaya. Sebab belum tentu kader-kader di Riau ini nanti
masih menginginkan Pak Khairul untuk periode selanjutnya. Belum tentu juga
jama'ah menunjuk kita lagi sebagai anggota dewan, padahal gaya hidup sudah
berubah. Anak-anak kita kalau kenalan dengan orang, bapak saya anggota
dewan padahal itu hanya sirkulasi. Jadi setiap kali kita mendapatkan
pendapatan dari gaji karena pekerjaan seperti ini, kita-harus hati-hati
itu bahaya. Jadi pendapatan paling bagus itu tetap dari bisnis. Oleh
karena itu, mulai sekarang itu belajarlah terjun ke dunia bisnis.Jatuh
bangun waktu bisnis tidak ada masalah, terus saja belajar. Tidak ada juga
orang langsung jadi kaya. Yang antum perlu terus berbisnis. Begitu juga
dengan para ustadz, teruslah bisnis. Begitu juga dengan seluruh pengurus
DPW-DPD dan seterusnya.
Teruslah berbisnis. Lakukan bisnis sendiri. Sesibuk-sibuknya kita, kita
perlu mempunyai bisnis sendiri sekecil-kecilnya. Tidak boleh tidak. Itulah
sumber rezeki yang sebenarnya. Kalau antum mau kaya sumbernya adalah
dagang. Rezeki itu datangnya dari 20 pintu, 19 pintu datangnya dari
pedagang dan hanya 1 pintu untuk yang bekerja dengan keterampilan
tangannya, yaitu para professional. Misalnya akuntan itu kan professional,
pekerja pintar, tapi kalau sumber rezekinya satu makanya uangnya terbatas.
DPR juga begitu sumbernya satu, yakni gaji bulanan, itu hanya 5 tahun. Itu
pun kalau tidak di PAW sebelumnya. Jadi kalau saya ketemu dengan ikhwah
dari dewan, hari-hati jangan sampai mengandalkan mata pencaharian dari
situ. Selain itu potongan dari DPP, DPW, DPD juga besar. Untuk ma'isyah
sendiri kita harus cari di sumber lain.Waktu kita terjun ke bisnis, kita
pasti gagal. Gagal pertama, gagal kedua, gagal ketiga, gagal keempat tapi
teruslah jangan pernah putus asa. Saya punya partner bisnis. Dia mulai
bisnis umur 16 tahun, semua jenis pekerjaan sudah dia lakukan. Pada suatu
waktu dia mempunyai 38 perusahaan tapi dari 38 perusahaan ini hanya 6 yang
menghasilkan uang, Kita lihat berapa ruginya. Jadi seringkali kita salah
pandang terhadap orang kaya. Kita pikir tangannya tangan dingin semua yang
disentuh jadi uang. Ternyata tidak juga.Jadi hal-hal seperti itu harus
kita hadapi secara wajar jangan shock kalau rugi. Jangan berfikir dengan
berdagang antum akan cepat jadi kaya, yang menentukan antum cepat berhasil
dalam dagang itu adalah secepat apa antum belajar. Cara belajar itu ada
dua: baca buku atau sekolah atau bergaul dengan orang-orang sukses, nanti
kalau sudah baca buku sudah bergaul dengan orang sukses, masih gagal juga.
Teruslah berdagang, teruslah-bergaul, teruslah seperti itu karena setiap
orang tidak tahu kapan saatnya dia ketemu dengan momentum lompatannya.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com